Struktur Jaringan Penyusun Batang Dikotil

http://4.bp.blogspot.com/-TDSGihH2ehs/UvOyNJRqMoI/AAAAAAAAAAc/tVKH64_s2TM/s1600/2.gif
Bookmark and Share
Struktur Jaringan Penyusun Batang Dikotil - Jaringan penyusun batang Dikotil, yaitu epidermis, korteks, endodermis, empulur, kambium, floem, xilem, dan jari-jari empulur. Perhatikan potongan melintang batang Dikotil pada Gambar 1 dan 2. 
struktur Batang Dikotil muda
Gambar 1. Struktur Batang Dikotil muda

Struktur Batang Dikotil tua
Gambar 2. Struktur Batang Dikotil tua
Adapun letak dan fungsi tiap-tiap jaringan penyusun batang Dikotil dijelaskan dalam Tabel 1. berikut.

Tabel 1. Jaringan-Jaringan Penyusun Batang Dikotil Beserta Letak dan Fungsinya

Jaringan
Letak
Fungsi
Epidermis
Bagian terluar batang.
Zat kitin pada batang melindungi agar tidak kehilangan air terlampau banyak.
Korteks
Di antara lapisan endodermis.
Sel-sel kolenkim sebagai jaringan penunjang. Sel-sel parenkim sebagai jaringan dasar, pengisi, dan penyimpan zat.
Stele – Perisikel
Sebelah dalam lapisan endodermis. Menyelubungi berkas pembuluh batang.
Memberi kekuatan pada batang.
Berkas pembuluh
Bagian perisikel dalam
Pengangkutan zat.
(1) floem
Bagian luar ber-kas pembuluh atau di bagian luar kambium.
Mengangkut zat makanan yang dibuat di daun menuju ke seluruh tubuh.
(2) xilem
Bagian dalam berkas pembuluh atau di bagian dalam kambium.
Menyalurkan air dan garam mineral dari akar ke daun.
(3) kambium
Di antara berkas pembuluh xilem dan floem.
Ke dalam membentuk jaringan xilem dan ke luar membentuk jaringan floem.

Struktur batang Dikotil berbeda dengan batang Monokotil, karena terdapat jaringan kambium pada batang Dikotil. Berdasarkan letaknya, kambium ada dua tipe sebagai berikut.
  1. Kambium vaskular, kambium terletak di antara berkas pengangkut dan parenkim.
  2. Kambium intervaskular, kambium terletak di antara dua berkas pengangkut.
Khusus pada batang Dikotil terjadi pertumbuhan batang sekunder. Pertumbuhan batang atau lingkaran sekunder adalah pertambahan besar batang yang disebabkan oleh pertambahan jaringan sekunder pada jaringan primer atau jaringan mula-mula. Pertumbuhan batang sekunder merupakan aktivitas kambium. Oleh karena itu, jaringan kambium sering disebut titik tumbuh sekunder.

Apabila cadangan makanan cukup banyak, misalnya pada musim penghujan, sel-sel kambium membelah membentuk sel-sel baru. Pada musim kemarau atau makanan cadangan berkurang, sel-sel kambium tidak membelah sehingga tidak ada penambahan xilem dan floem.

Aktivitas kambium menyebabkan terbentuknya lingkaran tahun (annual ring), yaitu lingkaran atau lapisan yang menunjukkan kambium melakukan pembelahan dan pada saat kambium tidak melakukan kegiatan. Lingkaran tahun berbentuk lapisan melingkar berselang-seling berupa garis dan berguna untuk memperkirakan umur pohon. Perhatikan Gambar 3.

Lingkaran tahun batang
Gambar 3. Lingkaran tahun batang
Pembentukan sel-sel baru pada kambium menyebabkan sel-sel korteks terdesak ke arah epidermis sehingga lapisan epidermis menjadi sobek-sobek. Lapisan korteks yang terdesak membentuk lapisan sel meristematik atau sel yang selalu membelah dan disebut kambium gabus (felogen). Kambium gabus menghasilkan dua tipe sel, yaitu ke arah luar membentuk jaringan gabus (felem) dan ke arah dalam membentuk jaringan feloderm.

Jaringan gabus terdiri atas sel-sel mati yang dilapisi suberin (zat gabus) dan bersifat tidak tembus air maupun udara sehingga dapat berfungsi untuk melindungi lapisan yang ada di dalamnya. Lapisan feloderm adalah sel-sel hidup yang terdiri atas sel-sel parenkim. Adanya jaringan gabus menyebabkan udara tidak leluasa masuk ke dalam bagian sel hidup di bagian dalam. Namun, di antara jaringan gabus terdapat lentisel, yaitu celah sebagai jalan masuk dan keluarnya udara ke sel-sel hidup di sebelah dalam jaringan gabus. Perhatikan Gambar 4.

Lentisel
Gambar 4. Lentisel
Anda sekarang sudah mengetahui Batang Dikotil. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Blog ini.

Referensi :
Purnomo, Sudjiono, T. Joko, dan S. Hadisusanto. 2009. Biologi Kelas XI untuk SMA dan MA. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 386.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar